@2013 Teguh Jati Prasetyo. Diberdayakan oleh Blogger.

Archive for Januari 2013

LAPORAN KULIAH KERJA PROFESI KALIMANTAN SELATAN


Tabel 1 Data Sebaran Balita berdasarkan Status Gizi (BB/U) pada awal dan akhir masa KKP di Kalimantan Selatan
Kriteria
Sebaran Balita Berdasarkan Status Gizi (BB/U)
Awal
Akhir
Delta
Status Gizi Kurang
45 (12,2%)
24 (6,5%)
21 (46,7%)
Status Gizi Baik/Normal
316 (85,6%)
333 (90,2%)
15 (4,7%)
Status Gizi Lebih
8 (2,2%)
12 (3,3%)
6 (75%)
Jumlah
369 (100%)
369 (100%)

Berdasarkan data diatas dapat diketahui jumlah dan persentase status gizi balita yang berada di lokasi KKP. Perhitungan status gizi dilakukan berdasarkan parameter BB/U. Status gizi balita dibagi menjadi tiga kriteria yaitu status gizi kurang, status gizi normal dan status gizi lebih. Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa jumlah balita gizi kurang pada awal penimbangan sebanyak 45 anak atau 12.2% dari keseluruhan Balita. sedangkan di akhir penimbangan terdapat 24 (6.5%) Balita yang masuk kriteria status gizi kurang. Hal ini menunjukkan adanya penurunan Balita yang mengalami status gizi kurang.
Kemudian balita dengan status gizi normal memiliki persentase sebesar 85.6% ketika penimbangan awal dan berubah menjadi 90.2% ketika penimbangan akhir. Hal ini menunjukkan adanya penambahan balita yang memiliki kriteria status gizi normal. Adanya penurunan persentase status gizi kurang dan kenaikan persentase status gizi lebih menunjukkan bahwa status gizi balita di lokasi KKP menjaadi semakin baik. Namun demikian, terdapat juga peningkatan balita yang mengalami status gizi lebih dari semula 2.2% menjadi 3.3%. namun peningkatan tersebut tidak terlalu signifikan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa program-program KKP yang dilakukan dapat membantu masyarakat dalam memperbaiki status gizi balita masyarakat setempat.
Salah satu program upaya perbaikan gizi di lokasi KKP provinsi kalimantan selatan adalah dengan melakukan penyuluhan. Penyuluhan ini dilakukan kepada kader posyandu maupun ke ibu-ibu warga setempat. Materi yang diberikan diantaranya mengenai pentingnya asupan zat gizi yang baik untuk tumbuh kembang dan kesehatan anak maupun anggota keluarga. Untuk kader posyandu sendiri, ada materi tambahan yaitu mengenai proses pelaksanaan posyandu yang baik dan benar. Diharapkan pasca penyuluhan terjadi peningkatan pengetahuan dan pemahaman dari ibu balita tentang zat gizi serta pentingnya asupan makanan bergizi bagi kesehatan anggota keluarga. Berikut ini merupakan tabel jumlah kader posyandu yang mendapatkan edukasi gizi.
Tabel 2 Data Jumlah Kader Posyandu yang Mendapat Edukasi Gizi di Kalimantan Selatan
No
Nama Desa
Jumlah Kader Posyandu yang Mendapat Edukasi Gizi
Kalimantan Selatan
1
Sarang Tiung
9
2
Mekarsari
4
3
Sekandis
7
4
Bukit baru
3
5
Teluk Kepayang
10
Jumlah

33
Jumlah Total Kalimantan Selatan
33

Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa jumlah total kader yang mendapatkan edukasi gizi sebanyak 33 orang. Kader posyandu yang paling banyak mendapatkan penyuluhan adalah kader dari desa teluk kepayang dengan jumlah 10 orang. Sedangkan kader posyandu yang paling sedikit mendapatkan penyuluhan adalah di desa Mekarsari. Perbedaan jumlah kader yang mendapatkan edukasi gizi ini dikarenakan kondisi dan situasi setiap daerah berbeda-beda. Berikut ini juga disajikan data hasil penyuluhan berupa tingkat pengetahuan gizi kader sebelum dan sesudah mendapatkan edukasi. Pengukuran tingkat pengetahuan ini dilakukan berdasarkan hasil pre-test dan post-test yang diberikan ketika penyuluhan.



Tabel 3 Tingkat Pengetahuan Gizi Kader Posyandu Sebelum dan Setelah Mendapat Edukasi Gizi di Kalimantan Selatan
No
Nama Desa
Tingkat Pengetahuan Gizi (Nilai rata-rata Test)
Awal
Akhir
Delta
% Perubahan
Kalimantan Selatan
1
Sarang Tiung
63,33
86,66
23,33
36,84
2
Mekarsari
47.5
60
12.5
26.3
3
Sekandis
71.43
88.57
17.14
24
4
Bukit Baru
26.66
60
33.33
125
5
Teluk Kepayang
57
82
25
43.86
Rata-rata Kalimantan Selatan
41.78
75.45
22.26
51.2

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui persentase peningkatan pengetahuan kader di setiap desa yang mendapatkan edukasi gizi. Persentase perubahan tingkat pengetahuan gizi terendah ada di desa Sekandis sebesar 24% sedangkan persentase tertinggi ada di Desa Bukit Baru sebesar 125%. Berdasarkan data rata-rata, persentase perubahan tingkat pengetahuan gizi sudah cukup baik yaitu sebesar 51.2%.
Selain memberikan penyuluhan ke kader posyandu, penyuluhan juga diberikan kepada ibu-ibu daerah setempat. Berikut ini merupakan data ibu-ibu yang mendapatkan penyuluhan.
Tabel 4 Data Jumlah Ibu yang Mendapat Edukasi Gizi di Kalimantan Selatan
No
Nama Desa
Jumlah Ibu yang Mendapat Edukasi Gizi
Kalimantan Selatan
1
Sarang Tiung
15
2
Mekarsari
20
3
Sekandis
30
4
Bukit Baru
13
5
Teluk Kepayang
19
Jumlah Total Kalimantan Selatan
97

Berdasarkan tabel diatas dapat kita ketahui jumlah ibu-ibu yang mendapatkan penyulluhan edukasi gizi. Peserta terbanyak berasal dari desa Sekandis sebesar 30 orang. Jumlah ibu – ibu yang mendapatkan penyuluhan gizi paling sedikit berada di Desa Bukit Baru sebanyak 13 orang. Jumlah ibu-ibu keseluruhan yang mendapatkan edukasi gizi di lokasi KKP Kalimantan Selatan sebanyak 97 orang. Selain data jumlah ibu-ibu yang mendapatkan edukasi gizi, berikut ini juga disajikan data mengenai perubahan tingkat pengetahuan gizi ibu-ibu sebelum dan setelah penyuluhan dilaksanakan.
Tabel 5 Tingkat Pengetahuan Gizi Ibu Sebelum dan Setelah Mendapat Edukasi Gizi di Kalimantan Selatan
No
Nama Desa
Tingkat Pengetahuan Gizi (Nilai rata-rata Test)
Awal
Akhir
Delta
% Perubahan
Kalimantan Selatan
1
Sarang Tiung
52,66
75,33
22,66
43,04
2
Mekarsari
47
57
10
21.27
3
Sekandis
28
56.66
28.66
102.38
4
Bukit Baru
59.23
69.23
10
16.88
5
Teluk Kepayang
52.11
71.05
18.95
36.36
Rata-rata Kalimantan Selatan
42,6
66,2
14,2
43,0

Tabel diatas menunjukkan data persentase perubahan pengetahuan gizi ibu-ibu di Lokasi KKP Provinsi Kalimantan Selatan sebelum dan sesudah mendapatkan penyuluhan. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa persentase perubahan pengetahuan gizi tertinggi berada di desa sekndis sebesar 102.38%. sedangkan Desa Bukit Baru menunjukkan persentase perubahan pengetahuan gizi ibu-ibu yang paling kecil dibandingkan desa yang lain yaitu sebesar 16.88%. persentase perubahan pengetahuan gizi ibu rata-rata dari semua desa lokasi KKP adalah sebesar 43%.

Tag : ,

#PANGGALAN


Tulisan ini ditulis terinspirasi dari sebuah permainan yang baru saja aku liat kemarin. Permainan yang "dulu" aku pun suka memainkannya. permainan yang simpel, sederhana, tapi sarat makna dan butuh keahlian tersendiri dari yang memainkannya. Ya, sebuah permainan yang dikenal dengan nama panggalan di daerahku (red : gasing kayu).
Permainan ini sudah aku kenal sejak aku kecil, masih teringat sekali dalam diriku bahwa aku memainkan permainan ini sejak aku SD, kelas 1 mungkin. ya sebuah permainan yang dibuat dari kayu dan bisa dimainkan (red :diputar) dengan menggunakan tali yang dipilin. Uniknya permainan ini adalah bersifat musiman. Jadi tidak setiap saat permainan ini dimainkan, melainkan mengikuti tren permainan yang ada dan dilakukan anak-anak pada masa itu. Para pemainnya bangga ketika panggalan yag ia mainkan bisa berputar lebih lama dibandingkan dengan panggalan kawan-kawannya. Oya, permainan ini akan lebih seru jika dimainkan oleh lebih dari sama dengan 2 orang karena disana unsur persaingannya akan sangat terasa. 
Siapa yang paling lama berputar maka ia akan menjadi raja dan punya kesempatan untuk "menggenthes" panggalan yang lain yang berputar tidak lebih lama dari paanggalannya. Sebuah kebanggaan jka bisa menjadi raja dari permainan ini. Tapi biasanya posisi raja ini tidak akan kekal diduduki oleh satu orang saya, melainkan akan diduduki secara bergiliran. Yang kasihan adalah yang jadi "kotis" (red : yang dapet kesempatan paling pertama memutar panggalan dan akan "digenthes" oleh lainnya). Yang jadi "kotis" bener-bener merasakan seperti rakyat yang "tertindas". Seperti itulah gambaran sebuah permainan yang "dulu" semasa aku kecil sering dimainkan oleh anak-anak. Dari permainan yang sederhana itu dapat diambil beberapa pelajaran berharga.
1. persahabatan, permainan yang dimainkan secara bersama sama ini akan dapat menjalin hubungan persahabatan dan silaturahim dengan kawan-kawannya. karena pada hakikatnya ada komunikasi yang terjalin selama melakukan permainan ini.
2. keikhlasan, para pemain harus belajar ikhlas jika ia menjadi "kotis" ataupun harus rela jika panggalan miliknya harus terluka karena "tergenthes" oleh panggalan lawan.
3. fokus dan konsentrasi,  para pemain harus fokus untuk memainkan panggalannya, apalagi jika harus "menggenthes" panggalan lawan biar bisa tepat sasaran.
4. kesabaran, sabar menanti giliran main dan sabar juga menghadapi perputaran panggalan yang kadang lama kadang sebentar.
5. cerdik, setiap pemain harus pandai mengatur strategi agar dia bisa menempati posisi raja, atau minimal tidak menjadi "kotis". 
Kurang lebih seperti itulah pelajaran yang dapat diambil dari sebuah permainan tradisional yang "pernah ada" dan semoga akan "selalu ada". Cukup prihatin sebenarnya ketika dunia anak-anak sekarang sudah mulai "terkotori" dengan teknologi yang sebenarnya g tepat sasaran. Mereka cenderung "teracuni" oleh teknologi yang membuat kebanyakan anak-anak jaman sekarang mengutamakan ego dan rasa individualnya. Tetapi itulah yang terjadi saat ini, semoga "racun-racun teknologi" itu dimanfaatkan sebagaimana mestinya dan tidak "meracuni" kegemilangan dan kegembiraan anak-anak jaman sekarang. Semoga permainan tradisional pun akan tetap eksis dan tidak tergusur oleh permainan modern yang "teracuni teknologi". Tulisan ini mungkin bisa jadi sebuah pelajaran bahwasanya permainan tradisional yang sarat makna dan pelajaran sudah mulai tergusur. Lantas, apa yang bisa kita lakukan? jawabannya ada dalam hati kalian yang paling dalam.
Subah, 28 Januari 2013

Tag : ,

- Copyright © TEGUH JATI PRASETYO - Skyblue - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -