Posted by : Teguh Jati Prasetyo Senin, 28 Januari 2013


Tulisan ini ditulis terinspirasi dari sebuah permainan yang baru saja aku liat kemarin. Permainan yang "dulu" aku pun suka memainkannya. permainan yang simpel, sederhana, tapi sarat makna dan butuh keahlian tersendiri dari yang memainkannya. Ya, sebuah permainan yang dikenal dengan nama panggalan di daerahku (red : gasing kayu).
Permainan ini sudah aku kenal sejak aku kecil, masih teringat sekali dalam diriku bahwa aku memainkan permainan ini sejak aku SD, kelas 1 mungkin. ya sebuah permainan yang dibuat dari kayu dan bisa dimainkan (red :diputar) dengan menggunakan tali yang dipilin. Uniknya permainan ini adalah bersifat musiman. Jadi tidak setiap saat permainan ini dimainkan, melainkan mengikuti tren permainan yang ada dan dilakukan anak-anak pada masa itu. Para pemainnya bangga ketika panggalan yag ia mainkan bisa berputar lebih lama dibandingkan dengan panggalan kawan-kawannya. Oya, permainan ini akan lebih seru jika dimainkan oleh lebih dari sama dengan 2 orang karena disana unsur persaingannya akan sangat terasa. 
Siapa yang paling lama berputar maka ia akan menjadi raja dan punya kesempatan untuk "menggenthes" panggalan yang lain yang berputar tidak lebih lama dari paanggalannya. Sebuah kebanggaan jka bisa menjadi raja dari permainan ini. Tapi biasanya posisi raja ini tidak akan kekal diduduki oleh satu orang saya, melainkan akan diduduki secara bergiliran. Yang kasihan adalah yang jadi "kotis" (red : yang dapet kesempatan paling pertama memutar panggalan dan akan "digenthes" oleh lainnya). Yang jadi "kotis" bener-bener merasakan seperti rakyat yang "tertindas". Seperti itulah gambaran sebuah permainan yang "dulu" semasa aku kecil sering dimainkan oleh anak-anak. Dari permainan yang sederhana itu dapat diambil beberapa pelajaran berharga.
1. persahabatan, permainan yang dimainkan secara bersama sama ini akan dapat menjalin hubungan persahabatan dan silaturahim dengan kawan-kawannya. karena pada hakikatnya ada komunikasi yang terjalin selama melakukan permainan ini.
2. keikhlasan, para pemain harus belajar ikhlas jika ia menjadi "kotis" ataupun harus rela jika panggalan miliknya harus terluka karena "tergenthes" oleh panggalan lawan.
3. fokus dan konsentrasi,  para pemain harus fokus untuk memainkan panggalannya, apalagi jika harus "menggenthes" panggalan lawan biar bisa tepat sasaran.
4. kesabaran, sabar menanti giliran main dan sabar juga menghadapi perputaran panggalan yang kadang lama kadang sebentar.
5. cerdik, setiap pemain harus pandai mengatur strategi agar dia bisa menempati posisi raja, atau minimal tidak menjadi "kotis". 
Kurang lebih seperti itulah pelajaran yang dapat diambil dari sebuah permainan tradisional yang "pernah ada" dan semoga akan "selalu ada". Cukup prihatin sebenarnya ketika dunia anak-anak sekarang sudah mulai "terkotori" dengan teknologi yang sebenarnya g tepat sasaran. Mereka cenderung "teracuni" oleh teknologi yang membuat kebanyakan anak-anak jaman sekarang mengutamakan ego dan rasa individualnya. Tetapi itulah yang terjadi saat ini, semoga "racun-racun teknologi" itu dimanfaatkan sebagaimana mestinya dan tidak "meracuni" kegemilangan dan kegembiraan anak-anak jaman sekarang. Semoga permainan tradisional pun akan tetap eksis dan tidak tergusur oleh permainan modern yang "teracuni teknologi". Tulisan ini mungkin bisa jadi sebuah pelajaran bahwasanya permainan tradisional yang sarat makna dan pelajaran sudah mulai tergusur. Lantas, apa yang bisa kita lakukan? jawabannya ada dalam hati kalian yang paling dalam.
Subah, 28 Januari 2013

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © TEGUH JATI PRASETYO - Skyblue - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -