Posted by : Teguh Jati Prasetyo Sabtu, 09 Juli 2011

Apa yang terbersit di benak mahasiswa baru (dalam hal ini TPB) ketika mendengar kata-kata Masa Perkenalan Fakultas? Sebagian besar dari mereka akan berpikir bahwa masa perkenalan identik dengan perpeloncoan dan penugasan. Pandangan demikian sebagian besar dimiliki oleh mahasiswa yang akan menjalani kegiatan tersebut, dan menjadi isu turun temurun yang menjadi momok bagi para mahasiswa yang akan masuk ke fakultas masing-masing. Lebih tepatnya mereka beranggapan bahwa masa perkenalan fakultas adalah ajang balas dendam dari kakak tingkat ke adik-adiknya.
Sebenarnya ada beberapa mahasiswa yang juga memiliki pola pikir lain. Sebagian dari mereka berpendapat bahwa MPF merupakan wadah dan sarana silaturahmi serta sumber untuk mengetahui lebih lanjut mengenai fakultas masing-masing. Tetapi, akan diduga lebih banyak mahasiswa yang berpendapat lain ketika berhadapan dengan kegiatan MPF. Paradigma itulah yang seharusnya dihilangkan. Inilah tugas besar yang akan diemban oleh panitia kegiatan Masa Perkenalan Fakultas Ekologi Manusia (MPF FEMA) tahun 2011.
Mahasiswa identik dengan sikap idealis dengan ide kreatif selalu berkembang, sehingga ide-ide tersebut dapat digunakan untuk mengubah paradigma buruk yang selama ini terjadi. Sabagai seorang mahasiswa, kita membuat agar kegiatan MPF itu bukanlah menjadi suatu kegiatan yang menambah beban para peserta, tetapi justru menumbuhkan rasa senang dan bangga menjadi mahasiswa FEMA. Bagaimana mungkin mereka bisa senang dan bangga dengan fakultasnya jika sejak masa perkenalan sudah disuguhi kegiatan dengan momok yang menakutkan.
Kegiatan MPF diadakan tidak hanya sebagai ajang penyambutan mahasiswa baru, tetapi juga sebagai sarana menumbuhkan ide kreatif dan sikap peduli mahasiswa. Jadi, selain perkenalan antara kakak kelas dengan adik angkatannya, harapannya MPF juga berfungsi sebagai wadah silaturahmi antara teman-teman seangkatan. Hal ini perlu ditekankan pada saat MPF, sehingga nuansa kekeluargaan di FEMA lebih bisa dirasakan oleh para peserta.
Merancang sebuah kegiatan sama halnya dengan berperang di medan juang. Dalam pencapaian sasaran kegiatan perlu dibuat strategi yang jelas, sehingga akan berpengaruh pada keberhasilan acara. MPF tidak hanya sebatas kegiatan yang berjalan rutin setiap tahun, namun mengubah konsep agar kegiatan MPF ini akan menjadi kenangan yang berarti dan bermanfaat bagi para pesertanya . Kita tidak berharap bahwa nantinya kegiatan ini menjadi kegiatan yang akan meninggalkan kesan tidak baik. Dengan demikian para panitia seyogyanya dapat memposisikan diri sebagai peserta, sehingga mengerti kebutuhan para mahasiswa baru.
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam membuat suatu kegiatan adalah pengelolaan SDM di dalamnya. Dalam lingkup sebuah wilayah atau fakultas, akan ada manusia- manusia yang di dalamnya dikaruniai dengan akal pikiran. Dengan akal pikirannya manusia dapat berpikir dan dapat memanfaatkannya sebagai sarana untuk produktifitas diri. Akal pikiran merupakan dasar manusia untuk melakukan tindakan, dan sebagai benteng dalam memahami antara hal yang baik dan buruk. Disinilah peran para panitia MPF sangat penting dalam membentuk karakter dan kepribadian, baik kepada sesama panitia maupun para peserta.
Secara khusus hubungan interaksi yang baik dapat terjalin apabila kita saling memahami karakter satu sama lain. Namun proses pemahaman ini tidak dapat berlangsung singkat, perlu waktu yang dibutuhkan dalam pencapaiannya. Sikap inilah yang harapanya dapat tumbuh di antara panitia MPF, karena yang menjadi target dari panitia tidak hanya keberhasilan acara, tetapi juga keberkahan yang melewati proses-proses kerja itu. Hal ini pun tidak lepas dari komitmen yang dimiliki para panitia.
Seperti yang kita ketahui, hubungan interaksi yang baik biasa dikumandangkan dalam ilmu ekologi. Menurut Riberu (2002), ekologi adalah ilmu tentang hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungan hidupnya. Inti dari permasalahan ekologi adalah hubungan makhluk hidup, khususnya manusia dengan lingkungan hidupnya. Dalam konsep ekologi, manusia erat hubungannya dengan lingkungan yang ada disekitarnya. Lingkungan ini tidak terbatas akan alam yang ada saja tetapi juga lingkungan masyarakat yang ada disekitarnya. Oleh karena itu, sebagai mahasiswa FEMA kita perlu menanamkan nili-nilai ekologi di setiap kegiatan apapun, termasuk di dalamnya kegiatan MPF.
Apabila dikaitkan dengan kegiatan MPF FEMA 2011, maka luaran yang diharapkan adalah terwujudnya mahasiswa FEMA dengan individu-individu yang berwawasan konsep ekologi mampu peduli dengan lingkungan yang ada disekitarnya. Konsep yang ingin dibangun adalah bagaimana nantinya mahasiswa ini memiliki dasar moral dan etika yang baik, social awareness yang tinggi dan intelektual sehingga mampu menjadi mahasiswa yang kompetitif, prestatif peduli dan memiliki daya saing tinggi.
Moral dan etika dalam konteks ini merupakan sebuah dasar yang menjadi indikator bagi individu dalam bertindak, sehingga perilaku mereka merupakan cermin diri. Keinginan kita sebagai mahasiswa FEMA yang mempunyai kepedulian tinggi terhadap ekologi minimal mampu membangun interaksi yang baik, baik kepada lingkungan maupun masyarakat. Dalam hal ini nilai-nilai dapat ditanam dengan memulai hal-hal terkecil terlebih dahulu.
Beberapa contoh hal yang dapat dilakukan dalam membangin nuansa ekologi terhadap lingkungan adalah membuang sampah dengan benar dan menggunakan air secukupnya. Kemudian untuk lingkungan sosial bisa diterapkan budaya 5S, yaitu senyum, salam, sapa, sopan, santun. Slogan 5S inilah yang harapannya bisa ditanamkan dalam diri mahasiswa baru sehingga kapan pun mereka bertemu baik dengan dosen, kakak tingkat, maupun dengan teman satu angkatan mereka bisa menerapkan 5S tersebut.
Social awareness yang tinggi juga sangat diperlukan terutama bagi mahasiswa FEMA yang memang nantinya dipersiapkan untuk bisa terjun ke masyarakat langsung. Kepedulian sosial ini tidak terbatas pada kepedulian antara mahasiswa dengan masyarakat saja tetapi juga antar sesama mahasiswa, dosen, maupun lingkungan yang ada disekitarnya. Untuk memunculkan sikap intelektual perlu dilakukan suatu pembelajaran dan kebiasaan. Dengan adanya sikap intelektual ini harapannya mahasiswa mampu berpikir cerdas, kritis, kreatif, inovatif, dalam menanggapi apa yang terjadi disekitarnya serta mampu mengelola sumber daya yang ada disekitarnya dengan baik.
Ketiga pilar utama yang akan diangkat dan ditanamkan pada mahasiswa FEMA angkatan 47 adalah moral dan etika, social awareness, dan intelektual. Sesungguhnya ketiga hal ini saling berkaitan satu sama lain dan saling melengkapi. Apabila ketika ketiga hal ini sudah tertanam pada mahasiwa baru, harapannya adalah mereka mampu menjadi mahasiswa yang memiliki nilai-nilai positif dalam dirinya. Mereka tidak hanya sekedar dapat julukan mahasiswa, tetapi mampu menjadi individu yang prestatif, kompetitif, peduli dan memiliki daya saing yang tinggi sehingga dalam jangka panjang harapannya bisa menjadikan FEMA lebih baik lagi budaya “terasa manis” di fema akan lebih terasa dan slogan FEMA MEMBUMI DAN MENDUNIA dapat terwujud.
TJP.

{ 1 comments... read them below or add one }

- Copyright © TEGUH JATI PRASETYO - Skyblue - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -