@2013 Teguh Jati Prasetyo. Diberdayakan oleh Blogger.

Archive for Juli 2011

KARYA TERBAIK UNTUK FEMA

Apa yang terbersit di benak mahasiswa baru (dalam hal ini TPB) ketika mendengar kata-kata Masa Perkenalan Fakultas? Sebagian besar dari mereka akan berpikir bahwa masa perkenalan identik dengan perpeloncoan dan penugasan. Pandangan demikian sebagian besar dimiliki oleh mahasiswa yang akan menjalani kegiatan tersebut, dan menjadi isu turun temurun yang menjadi momok bagi para mahasiswa yang akan masuk ke fakultas masing-masing. Lebih tepatnya mereka beranggapan bahwa masa perkenalan fakultas adalah ajang balas dendam dari kakak tingkat ke adik-adiknya.
Sebenarnya ada beberapa mahasiswa yang juga memiliki pola pikir lain. Sebagian dari mereka berpendapat bahwa MPF merupakan wadah dan sarana silaturahmi serta sumber untuk mengetahui lebih lanjut mengenai fakultas masing-masing. Tetapi, akan diduga lebih banyak mahasiswa yang berpendapat lain ketika berhadapan dengan kegiatan MPF. Paradigma itulah yang seharusnya dihilangkan. Inilah tugas besar yang akan diemban oleh panitia kegiatan Masa Perkenalan Fakultas Ekologi Manusia (MPF FEMA) tahun 2011.
Mahasiswa identik dengan sikap idealis dengan ide kreatif selalu berkembang, sehingga ide-ide tersebut dapat digunakan untuk mengubah paradigma buruk yang selama ini terjadi. Sabagai seorang mahasiswa, kita membuat agar kegiatan MPF itu bukanlah menjadi suatu kegiatan yang menambah beban para peserta, tetapi justru menumbuhkan rasa senang dan bangga menjadi mahasiswa FEMA. Bagaimana mungkin mereka bisa senang dan bangga dengan fakultasnya jika sejak masa perkenalan sudah disuguhi kegiatan dengan momok yang menakutkan.
Kegiatan MPF diadakan tidak hanya sebagai ajang penyambutan mahasiswa baru, tetapi juga sebagai sarana menumbuhkan ide kreatif dan sikap peduli mahasiswa. Jadi, selain perkenalan antara kakak kelas dengan adik angkatannya, harapannya MPF juga berfungsi sebagai wadah silaturahmi antara teman-teman seangkatan. Hal ini perlu ditekankan pada saat MPF, sehingga nuansa kekeluargaan di FEMA lebih bisa dirasakan oleh para peserta.
Merancang sebuah kegiatan sama halnya dengan berperang di medan juang. Dalam pencapaian sasaran kegiatan perlu dibuat strategi yang jelas, sehingga akan berpengaruh pada keberhasilan acara. MPF tidak hanya sebatas kegiatan yang berjalan rutin setiap tahun, namun mengubah konsep agar kegiatan MPF ini akan menjadi kenangan yang berarti dan bermanfaat bagi para pesertanya . Kita tidak berharap bahwa nantinya kegiatan ini menjadi kegiatan yang akan meninggalkan kesan tidak baik. Dengan demikian para panitia seyogyanya dapat memposisikan diri sebagai peserta, sehingga mengerti kebutuhan para mahasiswa baru.
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam membuat suatu kegiatan adalah pengelolaan SDM di dalamnya. Dalam lingkup sebuah wilayah atau fakultas, akan ada manusia- manusia yang di dalamnya dikaruniai dengan akal pikiran. Dengan akal pikirannya manusia dapat berpikir dan dapat memanfaatkannya sebagai sarana untuk produktifitas diri. Akal pikiran merupakan dasar manusia untuk melakukan tindakan, dan sebagai benteng dalam memahami antara hal yang baik dan buruk. Disinilah peran para panitia MPF sangat penting dalam membentuk karakter dan kepribadian, baik kepada sesama panitia maupun para peserta.
Secara khusus hubungan interaksi yang baik dapat terjalin apabila kita saling memahami karakter satu sama lain. Namun proses pemahaman ini tidak dapat berlangsung singkat, perlu waktu yang dibutuhkan dalam pencapaiannya. Sikap inilah yang harapanya dapat tumbuh di antara panitia MPF, karena yang menjadi target dari panitia tidak hanya keberhasilan acara, tetapi juga keberkahan yang melewati proses-proses kerja itu. Hal ini pun tidak lepas dari komitmen yang dimiliki para panitia.
Seperti yang kita ketahui, hubungan interaksi yang baik biasa dikumandangkan dalam ilmu ekologi. Menurut Riberu (2002), ekologi adalah ilmu tentang hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungan hidupnya. Inti dari permasalahan ekologi adalah hubungan makhluk hidup, khususnya manusia dengan lingkungan hidupnya. Dalam konsep ekologi, manusia erat hubungannya dengan lingkungan yang ada disekitarnya. Lingkungan ini tidak terbatas akan alam yang ada saja tetapi juga lingkungan masyarakat yang ada disekitarnya. Oleh karena itu, sebagai mahasiswa FEMA kita perlu menanamkan nili-nilai ekologi di setiap kegiatan apapun, termasuk di dalamnya kegiatan MPF.
Apabila dikaitkan dengan kegiatan MPF FEMA 2011, maka luaran yang diharapkan adalah terwujudnya mahasiswa FEMA dengan individu-individu yang berwawasan konsep ekologi mampu peduli dengan lingkungan yang ada disekitarnya. Konsep yang ingin dibangun adalah bagaimana nantinya mahasiswa ini memiliki dasar moral dan etika yang baik, social awareness yang tinggi dan intelektual sehingga mampu menjadi mahasiswa yang kompetitif, prestatif peduli dan memiliki daya saing tinggi.
Moral dan etika dalam konteks ini merupakan sebuah dasar yang menjadi indikator bagi individu dalam bertindak, sehingga perilaku mereka merupakan cermin diri. Keinginan kita sebagai mahasiswa FEMA yang mempunyai kepedulian tinggi terhadap ekologi minimal mampu membangun interaksi yang baik, baik kepada lingkungan maupun masyarakat. Dalam hal ini nilai-nilai dapat ditanam dengan memulai hal-hal terkecil terlebih dahulu.
Beberapa contoh hal yang dapat dilakukan dalam membangin nuansa ekologi terhadap lingkungan adalah membuang sampah dengan benar dan menggunakan air secukupnya. Kemudian untuk lingkungan sosial bisa diterapkan budaya 5S, yaitu senyum, salam, sapa, sopan, santun. Slogan 5S inilah yang harapannya bisa ditanamkan dalam diri mahasiswa baru sehingga kapan pun mereka bertemu baik dengan dosen, kakak tingkat, maupun dengan teman satu angkatan mereka bisa menerapkan 5S tersebut.
Social awareness yang tinggi juga sangat diperlukan terutama bagi mahasiswa FEMA yang memang nantinya dipersiapkan untuk bisa terjun ke masyarakat langsung. Kepedulian sosial ini tidak terbatas pada kepedulian antara mahasiswa dengan masyarakat saja tetapi juga antar sesama mahasiswa, dosen, maupun lingkungan yang ada disekitarnya. Untuk memunculkan sikap intelektual perlu dilakukan suatu pembelajaran dan kebiasaan. Dengan adanya sikap intelektual ini harapannya mahasiswa mampu berpikir cerdas, kritis, kreatif, inovatif, dalam menanggapi apa yang terjadi disekitarnya serta mampu mengelola sumber daya yang ada disekitarnya dengan baik.
Ketiga pilar utama yang akan diangkat dan ditanamkan pada mahasiswa FEMA angkatan 47 adalah moral dan etika, social awareness, dan intelektual. Sesungguhnya ketiga hal ini saling berkaitan satu sama lain dan saling melengkapi. Apabila ketika ketiga hal ini sudah tertanam pada mahasiwa baru, harapannya adalah mereka mampu menjadi mahasiswa yang memiliki nilai-nilai positif dalam dirinya. Mereka tidak hanya sekedar dapat julukan mahasiswa, tetapi mampu menjadi individu yang prestatif, kompetitif, peduli dan memiliki daya saing yang tinggi sehingga dalam jangka panjang harapannya bisa menjadikan FEMA lebih baik lagi budaya “terasa manis” di fema akan lebih terasa dan slogan FEMA MEMBUMI DAN MENDUNIA dapat terwujud.
TJP.
Tag : ,

HERO 47 Pejuang ekologi yang bermoral, berintelektual dan berjiwa sosial

Masa perkenalan fakultas (MPF) merupakan gerbang awal bagi para mahasiswa angaktan 47 yang baru lulus dari Tingkat Persiapan Bersama untuk memasuki fakultas masing-masing. Di masa inilah mereka mulai diperkenalkan dengan kondisi, nilai-nilai dan norma-norma, para civitas akademika dan juga budaya yang ada di fakultas. Kegiatan ini perlu untuk dilaksanakan karena bagi mahasiswa baru yang notebene belum tahu apa-apa dapat mulai menyesuaikan diri dengan segala hal yang ada di fakultasnya. Selian itu, mereka juga dapat mengenal lebih dekat dengan teman teman seperjuangan mereka dan dengan semua keluarga yang ada di fakultas.
Masa perkenalan fakultas, fakultas ekologi manusia tahun 2011 ini di kemas dalam konsep dan nuansa yang berbeda. Kegiatan ini bernama hero 47 yang merupakan kependekan dari Human Ecology in Harmony 47. Harapannya segenap mahasiswa baru 47 dapat bersatu dalam nuansa keharmonisan yang ada di FEMA. Acara Hero 47 bertemakan membangun kapasitas moral, intelektual dan jiwa sosial menuju FEMA yang membumi dan mendunia. Ada 3 pilar nilai yang diangkat dalam masa perkenalan fakultas tahun ini yaitu moral etika, intelektualitas dan kepedulian sosial. Nilai tersebut dirasa perlu untuk ditanamkan sejak awal bagi mahasiswa FEMA agar nantinya terbentuk generasi penerus FEMA yang berkualitas dan memiliki daya saing tinggi.
Moral dan etika merupakan landasan dan nafas bertindak dalam setiap segi kehidupan. Dengan ditanamkannya moral dan etika yang baik maka diharapkan mampu menciptakan para pejuang ekologi yang bermoral dan senantiasa berperilaku baik. Out put yang diharapkan dari penanaman nilai moral dan etika ini adalah menumbuhkembangkan semangat religius disetiap aktivitas yang dilakukan, membiasakan budaya salam, sopan, santun, sapa dan senyum setiap berjumpa dengan civitas akademika yang ada di FEMA dan menanamkan akhlak yang baik di setiap diri mahasiswa FEMA. Karena sumber dari segala sumber perilaku manusia adalah dari moralnya. Ketika moralnya baik maka akhlaknya pun akan baik. Dan ketika akhlaknya baik maka perilakunya pun akan baik. Dan ketika perilakunya sudah baik maka akan mampu menjadikan lingkungan sekitarnya pun menjadi baik dan pastinya menjadikan Indonesia lebih baik.
Sebagai seorang mahasiswa sudah sepatutnya memiliki sikap intelektual. Namun perlu digarisbawahi juga bahwa intelektualitas disini bukan hanya terbatas dalam bidang akademik tetapi juga non akademik. Inilah alasan Mengapa kemudian nilai intelektualitas ini dicoba untuk diangkat sebagai salah satu nilai yang ada di MPF FEMA HERO 47. Selain memiliki intelektualitas dalam bidang akademik, diharapkan pula mahasiswa FEMA dapat mengembangkan intelektualitasnya dalam bidang non akademik sehingga potensi-potensi yang ada dalam diri setiap mahasiswa dapat dikembangkan secara optimal. Sikap intelektual ini menjadi salah satu bekal bagi para mahasiswa untuk menjalani kehidupan sehari-harinya. Karena mahasiswa yang intelek adalah mahasiswa yang mampu memandang suatu hambatan dalam hidupnya menjadi sebuah peluang, bukan hanya sekedar mengeluh dan berpikiran sempit saja. . Dengan adanya sikap intelektual ini harapannya mahasiswa mampu berpikir cerdas, kritis, kreatif, inovatif, dalam menanggapi apa yang terjadi disekitarnya serta mampu mengelola sumber daya yang ada disekitarnya dengan baik. Intelektualitas ini perlu ditanamkan guna mempersiapkan generasi penerus FEMA yang tahan banting, kompetitif, berkualitas dan memiliki daya saing tinggi.
Selain dua nilai yang telah disebutkan di atas, diangkat juga nilai jiwa sosial atau kepekaan/ kesadaran terhadap keadaan disekitarnya. Jiwa sosial disini bukan terbatas hanya kepekaan terhadap lingkungan saja tetapi juga kepekaan terhadap masyarakat/ orang yang ada disekitarnya. Nilai ini kemudian penting untuk ditanamkan karena dengan adanya kesadaran sosial yang tinggi maka akan mampu menjadikan mahaiswa FEMA yang peduli, peka, dan memiliki rasa kasih sayang baik terhadap lingkungan maupun orang-orang yang ada disekitarnya. Dengan demikian akan tercipta nuansa kekeluargaan, kebersamaan dan keharmonisan yang lebih kental di lingkungan FEMA.
Nilai-nilai tersebut perlu ditanamkan sebagai bekal bagi para mahasiswa untuk nantinya diterapkan dalam setiap nafas kehidupannya. Karena pada hakikatnya mahasiswa merupakan orang-orang dipersiapkan untuk nantinya dapat terjun langsung ke masyarakat dan akan mengembangkan masyarakat. Dengan demikian nilai-nilai tersebut perlu untuk ditanamkan mulai dari kegiatan MPF yang dilaksanakan di FEMA.Penjabaran dan aplikasi nilai-nilai tersebut akan dilaksanakan di setiap kegiatan yang ada di MPF, dimulai dari hal-hal kecil, dari diri sendiri dan dari saat ini. Kemudian setelah nilai-nilai tersebut tertanam dalam diri masing-masing individu, harapannya kemudian akan dilaksanakan dan manfaatnya pun akan dirasakan oleh banyak orang. Dengan demikian, nantinya pun akan memberikan pengaruh terhadap lingkungan disekitarnya.
Kegiatan MPF yang dilaksanakan merupakan kegiatan awal bagi mahasiswa FEMA 47 yang kemudian akan diperseiapkan untuk menjadi pejuang-pejuang ekologi yang siap terjun kemasyarakat dan siap untuk mengembangkan masyarakat. Selain itu juga dapat mengaplikasikan setiap nilai tersebut dalam melakukan segala aktivitasnya baik di lingkungan FEMA maupun diluar. Dengan demikian budaya FEMA “terasa manis” pun akan lebih terasa. Mengutamakan pilar ketekunan, kejujuran, keadilan, kesantunan, keharmonisan, kebersamaan dan kompetisi sehat dalam setiap segi kehidupan untuk menuju FEMA yang MEMBUMI dan MENDUNIA. Selamat datang bagi para Mahasiswa FEMA angaktan 47 dan selamat bergabung menjadi keluarga besar FEMA yang berbudaya.
TJP.
Tag : ,

Setetes Perjuangan


Bismillah

Mumpung lagi ada kesempatan dan ingin mengungkapkan apa yang ada di dalam diri ini lewat tulisan. Sederhana mungkin karena memang saat ini saya sedang dalam tahap belajar menulis. Semoga apa yang saya tuliskan ini dapat memberikan secercah cahaya di hati para pembaca yang mungkin telah lama terkungkung dalam gemerlapnya dunia dan tanpa disadari lupa akan apa yang terjadi disekelilingnya.

Suatu malam disebuah masjid, tepatnya masjid Al- Hurriyah, masjid kampus IPB saat sedang berkumpul dengan rekan satu halaqoh dan kebetulan juga ada mentor saya saat itu. Kami berbincang tentang pengalaman yang dialami oleh temannya teman saya sembari menunggu rekan-rekan yang lain datang, karena malam itu adalah jadwal kami untuk melaksanakan “liqo” (proses pembelajaran). Ia bercerita pengalamannya kalau temannya baru saja kena musibah. Tepatnya terjerat hipnotis sehingga barang-barangnya hilang lenyap semuanya tanpa tersisa. Lama kami berbincang – bincang dan tetap terpaku pada topik itu, kemudian disudut yang berbeda ada 2 orang paruh baya yang sedang berbincang juga. Awalnya kami tidak begitu peduli dengan mereka. Kami asyik berbincang dengan alur perbincangan kami masing-masing.

Namun, setelah beberapa menit berlalu, dua orang paruh baya tadi berjalan menuju ke arah kami. Dengan sopan mereka menyapa kami dan kami pun balik menyapa mereka. Ya begitulah indahnya pertemuan antar sesama muslim, saling sapa dan saling berjabat tangan, begitu indah terasa meskipun kita belum saling kenal satu sama lain. Perbincangan antara kami dan orang paruh baya itu pun dimulai. Beliau menyampaikan kalau pada waktu itu beliau sedang mengantarkan putra-putrinya yang akan melakukan registrasi di IPB. Yang satu berasal dari B*****G dan yang satu berasal dari B**J**N****A. Bisa dikatakan mereka berasal dari keluarga yang kurang mampu. Untuk menghemat biaya mereka dengan tulus ikhlas berjuang mengantar putra kesayangannyanya untuk menuntut ilmu di perguruan tinggi dan rela tidur di masjid. Subhanallah, begitu besar perjuangan mereka, apakah dulu kita seperti itu????

Perbincangan pun semakin hangat, mereka bercerita tentang keluh kesah yang mereka rasakan. Mulai dari perjuangan menuju Bogor, tidak diterimanya putra mereka dalam suatu program beasiswa, hingga perjuangannya untuk bisa berjuang demi melihat putra-putrinya bisa berkuliah. Subhanallah…perjuangan yang luar bisa.

Mulai dari orang pertama, beliau menceritakan kalau pada awalnya putrinya bisa lolos ke IPB lewat sebuah program beasiswa, namun setelah diterima ternyata putrinya tesebut tidak lolos dalam seleksi beasiswa itu sehingga beliau harus memutar otak kembali bagaimana caranya agar putrinya tetap bisa berkuliah. Seharusnya uang pendidikan yang harus dia bayarkan itu sebesar 70% dari jumlah total, namun ia baru membayarkan sejumlah 30%. Sehingga dengan sepenuh keyakinan beliau pun memberanikan diri untuk berjuang keesokan harinya untuk menghadap petinggi-petinggi yang akan ada dalam ruangan registrasi keesokan harinya. Karena itulah jalan satu-satunya untuk bisa bernegosiasi agar putrinya bisa melanjutkan kuliah. Namun dengan nada yang agak sedikit pesimis, beliau menyatakan kalau memang dengan uang segitu belum cukup untuk membiayai putrinya kuliah maka dengan terpaksa beliaun pun akan membatalkan dan harus merelakan putrinya untuk tidak kuliah.

Sebelum saya melanjutkan crita ini, kita langsung beralih ke crita bapak paruh baya yang kedua, perjuangannya lebih hebat lagi…. Chekidoottt…

Bapak yang kedua ini dengan modal nekad dan niat membmeranikan diri untuk datang ke kampus yang katanya kampus rakyat ini.. Bermodalklan baju pinjaman, dan barang seadanya serta beberapa rupiah yang ada di sakunya (bahkan dompetpun sepertinya tidak ada) beliau mengantarkan putra tercintanya datang ke kampus rakyat ini. Sama kasusnya dengan bapak yang pertama, putra bapak ini pun sebenarnya diterima di kampus IPB melalui sebuah program beasiswa tetapi ketika sudah masuk disini ternyata putranya tidak lolos tahap seleksi selanjutnya. Beliau pun mengungkapkan keluh kesahnya kepada kami. Dengan sabar kami pun mendengarkan keluh kesah beliau dan mencoba untuk memberikan masukan yang memang itu berdasarkan pengalaman kami.

Beliau menyatakan kalau beliau berasal dari keluarga yang kurang mampu, bahkan rumah pun beliau belum punya, masih numpang. Gaji beliau yang ala kadarnya itu pun hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Awalnya beliau sangat mengharapkan bahwa biaya pendidikan putranya dikuliah itu akan ditanggung oleh program beasiswa yang diterimanya. Namun Allah berkehendak lain, putranya gagal mendapatkan beasiswa tersbut sehingga beliau harus memutar otak untuk mencari uang agar dapat memasukkan putranya ke kampus ini. Bahkan pada saat itu dari sekian juta uang kuliah yang harus dibayarkan, beliau baru membayarkan sejumlah 200 ribu. Dari jumlah sekian itu ketika menghadap ke meja registrasi ternyata dari panitia penerimaan mahasiswa baru mendesak bapak ini untuk membayarkan lagi uang kuliah yang harus dibayarkan. Bapak tadi pun bingung. Dengan bermodal niat dan nekad beliau terpaksa mengambil uang dari anaknya sejumlah 400 ribu. Uang 400 ribu ini sebenarnya adalah jatah hidup sebulan selama d IPB untuk anaknya. Namun karena sangat terpaksa agar anaknya kuliah maka bapak tersebut meminta uang itu dari anaknya untuk menambahi uang pembayaran yang harus dibayarkan. Belliau menyampaikan, “tidak apa-apa yang penting diusahakan anak saya bisa masuk dulu, toh untuk biaya hidup nanti akan saya carikan hutangan setelah sya pulang nanti”. Subhanallah.. Bapak itu pun menyatakan “entah besok anak saya bisa diterima atau tidak, yang jelas saya akan mengusahakan dulu untuk bernegosiasi dengan pihak panitia agar anak saya bisa masuk dan mendapatkan keringanan biaya. Toh kalaupun memang tidak bisa, ya apa boleh buat, berarti dengan sangat terpaksa mungkin anak saya tidak bisa kuliah.”

Mendengar apa yang sudah disampaikan oleh kedua bapak tadi, kami hanya bisa meyakinkan bahwa jalan keluar itu selalu ada. Pun dengan permasalahan biaya yang saat itu sedang membelit kedua bapak tersebut. Kami juga meyakinkan bahwa di IPB itu banyak beasiswa jadi ketika masuk nanti insyaAllah pasti akan dapat beasiswa karena memang keluarga seperti mereka itulah yang harusnya menjadi prioritas. “insyaAllah pak… pasti selalu akan da jalan untuk kuliah, dan insyaAllah juga di IPB ini tidak akan ada anak yang di DO gara-gara masalah biaya karena untuk peluang beasiswa sebenarnya banyak. Pun dari pihak kelembagaan mahasiswa pun pasti akan siap untuk membantu asalkan nanti anak bapak aktif, jangan diem-diem saja.“ “iya, terimakasiih dek, insyaAllah kami juga akan berusaha.”

Subhanallah,, perjuangan orang tua yang begitu luar biasa, demi melihat anaknya bisa melanjutkan kuliah, ia rela berjuang melawan kerasnya kehidupan. Pun sebenarnya sama dengan kita, yang selama ini mingkin tak pernah tahu perjuangan orang tua kita seperti apa demi membiayai kita kuliah. Mungkin mereka saat ini sedang bersusah payah banting tulang mencari hutang kesana sini untuk keperluan kita tanpa kita ketahui. Dan begitui banyak pejuangan yang telah mereka lakukan untuk kita. Dan selama ini mungkin kita belum bisa memberika balasan apapun buat mereka. Bahkan terkadang kita masih mengeluh dalam kuliah, mengeluh karena nilai kita jelek (padahal pas kuliah emang g niat, jarang belajar, g berusaha keras), ngeluh karena belum punya ini itu, g kayak temen yang lain, ngeluh karena banyak tugas, ngeluh karena ini karena itu tanpa pernah memperhatikan bagaimana beratnya perjuangan orang tua kita membesarkan kita sampai saat ini.. Masyaallah, ternyata masih banyak yang perlu kita benahi, masih banyak yang perlu kita luruskan dan masih banyak yang perlu kita perbuat. Orang tua kita menyekolahkan kita disini, pastinya dengan harapan kalau suatu saat nanti kita akan bisa hidup lebih baik dari pada mereka. Alangkah bangganya mereka ketika kita mampu menorehkan prestasi-prestasi emas kita disini. Dan alangkah lebih bangganya juga mereka ketika mengetahui bahwa anaknya mampu bermanfaat bukan hanya pada dirinya sendiri dan keluarganya saja melainkan mampu berguna bagi masyarakat, nusa, bangsa dan agama. Semoga, sebelum semuanya terlambat kita masih bisa memperbaiki diri kita, meluruskan kembali niat kita dan membenahi jalan-jalan kita. insyaAllah jalan masih terbentang luas di depan. Semoga…

- Copyright © TEGUH JATI PRASETYO - Skyblue - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -